Camping Ceria: Sindoro

by - October 27, 2013

Setelah bulan lalu baru bisa melihat kemegahan Sindoro dari puncak Sikunir, weekend kemarin akhirnya bisa nyampe Sindoro!
nb: It's gonna be a looong post~


Yup, ini pengalaman pertamaku naik gunung. Dan sebelum berangkat, pas aku cerita sama anak-anak wzg kalo aku mau naik gunung, mereka pesimistis aku bakalan kuat. Secara ya, fisik aku emang nggak sekuat hati aku *eh, dan aku juga sama sekali nggak ada persiapan fisik karena ini ajakannya ndadak. Aku baru confirm ikut ke Sindoro hari Selasa padahal perginya hari Jumat.

Dalam dua hari kesana-kemari nyari pinjeman jaket, sleeping bag, dan belanja buat keperluan di gunung.
Tibalah hari Jumat yang dinanti-nanti. Beberapa jam sebelum berngkat ke Temanggung, sempet browsing-browsing seputar pendakian ke Sindoro dan malah jadi mbleret karena katanya track Sindoro itu itungannya bukan buat pemula. Tapi setelah buka sesi surhat gitu dan diyakinkan kalo besok jalannya bakalan pelan-pelan aja, berangkatlah daku ke Sindoro.

Berangkat dari Jogja abis Isya, kita nyampe di basecamp jam 1 pagi dan setelah menyelesaikan administrasi (tiap orang bayar Rp. 10.000,-) kita langsung tidur. Rombongan kita ada 10 orang: aku, Difara, Aham, Pakdhe, Mas Yudha, Mas Owo', Mas Luhung, Ady, Mas Yudith, sama Mbak Veni. Dan lima nama yang aku sebut belakangan itu temennya Mas Yuhda dan baru aku kenal di perjalanan.

Basecamp Pendakian Sindoro
Subuh kita bangun terus lanjut siap-siap buat naik, dan jam 7 pagi kita mulai perjalanan.
Ady, Mas Luhung, Mas Yudith, Mbak Veni, Difara, Aku, Aham, Pakdhe, Mas Owo', Mas Yuhda.

Ngelewatin pemukiman penduduk dulu

Lanjut ngelewatin ladang

Gak boleh kalah sama ibu-ibu
Masuk ke hutan
Daaan, setelah tujuh jam pendakian dengan track yang begitu menantang. Dengan dikit-dikit berhenti buat istirahat. Dan dengan kesabaran ekstra dari temen-temen yang mau nemenin aku jalan belakang sendiri. Sampailah kami di pos 3 yang merupakan pos buat camping.

 Begitu mulai siap-siap mendirikan tenda, ada mas-mas yang bilang ke kita kalo kita kudu ati-ati soalnya dia juga ngecamp di situ dan tendanya dimasukin babi hutan a.k.a celeng dan logistik mereka dimakan. Kita pun cuma bisa cengoh doang sambil iya-iya aja.

Setelah tiga tenda kokoh berdiri, kita msuk ke tenda masing-masing (1 tenda buat 5 cowok, 1 tenda buat 2 cowok, dan 1 tenda buat 3 cewek). Dan pas kita di tenda, hujan turun, saudara-saudara. Alhasil kita cuma bisa stay di dalem tenda nyampe hujan reda.

Hujan reda pas maghrib dan langsung nyiapin makanan buat makan malem. Sebagai cewek, pergi sama cowok-cowok dalam jumlah yang lebih banyak dan udah pada sering naik gunung itu asyik banget. Kita cukup membantu mereka menyiapkan semuanya dengan doa. Dari bikin tenda nyampe masalah makan

Cooking in the dark
Bagian super seru dimulai dari sini. Teror celeng dimulai. Celeng itu adalah hewan nocturnal dan mereka punya jalan sendiri, semacam jalan-jalan kecil yang mereka bikin buat mereka lewat. Dan setelah kita amati, ternyata tenda besar kita itu letaknya strategis banget. Strategis buat dilewatin celeng -__-
Sebagian dari para lelaki mencari kayu yg bisa dibakar (karena habis ujan itu susah banget nyari kayu kering) buat dibikin api unggun karena konon celeng takut api, sebagian yang lain mulai masak, kita para perempuan cuma berdiri deket-deket yang pada masak sambil ngeliatin doang.

Begitu makanan jadi, hujan turun lagi. Walhasil kita desek-desekan bersepuluh di dalem tenda buat enam orang, dan makan kembulan bersepuluh.
Di gunung semua makanan itu enak
Selesai makan hujan masih belum reda, jadi kita masih belom bisa balik ke tenda. Terus akhirnya kita cerita-cerita dan ngakak-ngakak. Biarpun baru kenal sehari tapi berasa udah kenal lama, and we did have a great time. Dari cerita-cerita gak mutu, ngomongin kebo kepater, nyampe mainan sobyong.

Begitu hujan reda kita langsung balik ke tenda masing-masing dan tidur. Paginya sekitar jam 4 kita udah dibangunin buat liat sunrise.
Before Sunrise
That magnificent moment
Here it comes!

Dari Sindoro ternyata kita bisa liat beberapa gunung sekaligus. Sebut aja Sumbing, Merapi, Merbabu, Ungaran, sama Andong. Kalo gak salah itung sih kayaknya ada tujuh, tapi aku lupa apa aja.
Tiga puncak sekaligus
Puas ngeliatin sunrise yang subhanallah banget, lanjut nyiapin sarapan.

Nasi, sayur asem, tempe-telor, tuna rica-rica, sama sosis
Rencana selanjutnya adalah pendakian ke puncak. Tapi aku karena aku sadar diri, aku memutuskan untuk jagain tenda dan carier aja di pos 3. Udah bisa nyampe pos 3-nya Sindoro di pendakian pertama dengan lancar aja aku udah bersyukur. Lagian kalo aku ikut takutnya malah ngrepotin yang lain. Untungnya mbak Veni ternyata juga berpikiran sama denganku jadi aku ada temennya. Dan mas Yudith juga tinggal buat jagain kita berdua, sedangkan tujuh yang lain pada naik.

Iri juga sih begitu liat hasil foto mereka pas di puncak.


Sekitar jam 1an mereka balik ke basecamp. Setelah makan, istirahat bentar dan beres-beres tenda, kita turun.

Perjalanan turun jauh lebih menyenangkan daripada naik hahaha. Seingetku aku berhenti buat duduk nggak ada sepuluh kali. Padahal pas naik? Jangan tanya. Dan perjalanan turun cukup ditempuh selama sekitar 2 jam aja (secara, aku sama Difara langsung naik ojek begitu ketemu bapak-bapak ojek kekeke~)

Penampakan Sumbing pas perjalanan turun

Pas udah mau nyampe pos 1, ngelewatin semacam padang yang full bunga gitu, dan dapet (semacam) bunga krisan (?) Dapet bunga liar di hutan itu jauh lebih romantis daripada dapet bunga mawar kekeke~

Bunga di Tepi Jalan Hutan

And that was it! We did such a really awesome journey!
Good time, great friends and an amazing journey. I'm soooo happy!
Dan benar adanya kalo naik gunung itu bikin nagih!
Tunggu post tentang keseloan saya selanjutnya ya kekeke~

You May Also Like

0 comments